Selasa, 03 Desember 2013

Sejarah Terbentuknya GBI

Sejarah Singkat Gereja Bethel Indonesia

Sejarah Singkat Gereja Bethel Indonesia

Dengan pergumulan doa dan puasa, maka Tuhan membuka jalan dengan ajaib, sehingga pada tanggal 6 Oktober 1970 di kota Sukabumi, Jawa Barat, lahirlah Gereja Bethel Indonesia (GBI).
Dengan singkat kami tuturkan sejarahnya sebagai berikut:


Pada tahun 1992 Pendeta W.H. Offiler dari “Bethel Pentacostal Temple Inc.” di Seattle, Washington, USA mengurus dua orang missionarinya,yaitu Rev. Van Kleveren dan Groesbeek, bangsa Amerika keturunan Belanda. Dengan Rev. J. Thiessen dan F.G. Van Gessel mereka merupakan pionir dari “Gerakan Pantekosta” di Indonesia. Mula-mula mereka memberitakan Injil di Bali, tetapi dengan pimpinan Tuhan mereka pindah ke Cepu, Jawa Tengah. Di sini mereka bertemu dengan F.G. Van Gessel, seorang Kristen injili yang bekerja pada Bataafsche Petroleum Maatschappij (Perusahaan Minyak Belandsa).

Groosbeek mengambil kedudukannya di Cepu, tetapi Van Klaveren pindah ke Lawang, Jawa Timur. Van Gessel tahun sebelumnya telah bertobat dan menerima hidup baru dalam kebaktian “Vrije Evangelisatie Bond” yang dipimpin oleh Ds.C.H. Hoekendijk (ayah dari Karel Hoekendjik). Groosbeek mengadakan kebaktian bersama-sama dengan Van Gessel.

Di bulan Januari 1923 Nyonya Van Gessel sebagai wanita yang pertama di Indonesia menerima baptisan Roh Kudus sesuai dengan Friman Tuhan. Suaminya F.G. Van Gessel juga menerima baptisan Roh Kudus, beberapa bulan kemudian. Jemaat Cepu yang kecil itu, pada 30 Maret 1923 telah mengadakan Baptisan Air yang pertama. Groesbeek mengundang J. Thiessen dan Weenink Van Loon dari Bandung untuk turut hadir dalam pelayanan baptisan air yang pertama ini.

Pada hari Jumat Agung itu lima belas jiwa baru telah dibaptiskan. Dalam kebaktian-kebaktian yang diadakan bersama itu, sepuluh anggota lagi menerima Baptisan Roh Kudus. Tuhan bekerja dengan heran dan menyembuhkan banyak orang sakit secara mujizat. Karunia-karunia Roh Kudus dinyatakan dengan ajaib di tengah-tengah jemaat itu. Dan inilah permulaan dari kegerakan Pantekosta di Negara Indonesia.

Kemudian Groesbeek pindah ke Surabaya, dan Van Gessel pegawai tinggi BPM itu telah menjadi Evangelist dan meneruskan memimpin Jemaat Cepu. Pada bulan April 1926 berpindah lagi ke Groesbeek dan Van Klaveren ke Batavia (Jakarta). Van Gessel merasa panggilan Tuhan untuk memimpin Jemaat Tuhan di Surabaya, maka ia meletakkan jabatannya sebagai Pegawai Tinggi di BPM dan pindah ke Surabaya.

Jemaat yang dipimpin Van Gessel itu bertumbuh dan berkembang dengan pesat di tengah-tengah segala angin ribut perlawanan. Sementara itu banyak cabang-cabang jemaat telah dibuka di mana-mana, sehingga mendapat pengakuan Pemerintah Hindia Belanda dengan nama “De Pinksterkerk in Indonesia” (sekarang Gereja Pantekosta di Indonesia).

Pada tahun 1932 Tuhan memberkati jemaat-Nya di Surabaya dengan sebuah Gedung Gereja dengan kapasitas 1.000 tempat duduk (gereja yang terbesar di Surabaya pada waktu itu).

Van Gessel mulai meluaskan pelajaran Alkitab yang disebutnya “Studi Tabernakel”, tahun 1935. Sementara itu Bethel Pentacostal Temple di Seattle, Washington, dalam tahun 1935 itu, mengurus beberapa Missionari lagi. Satu di antaranya yaitu, W.W. Patterson membuka Sekolah Akitab di Surabaya (NIBI: Netherlands Indies Bible Institute). Sesudah Perang Dunia II, misionari-misinonari itu membuka Sekolah Alkitab di berbagai tempat.

Sesudah pecah perang, maka pimpinan gereja harus diserahkan kepada orang Indonesia. H.N. Rungkat terpilih sebagai ketua Gereja Pentakosta di Indonesia untuk menggantikan F.G Van Gessel . Roh Nasionalisme yang masih berkobar-kobar pada waktu itu, juga meliputi suasana kebaktian dalam gereja-gereja Pentakosta hal mana menyadari Van Gessel bahwa ia tidak bisa lagi bertindak sebagai pemimpin.

Antara pendeta-pendeta yang tidak merasa puas dengan keadaan rohani Gereja Pentakosta di kala itu, adalah Pdt. H.L Senduk. Keberatan juga diajukan terhadap kekuatan otoriter dalam Pengurus Pusat Gereja tersebut. Ketidakpuasan ini mengakibatkan sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang, memisahkan diri dari Organisasi Gereja Pentakosta, dan pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, membentuk suatu Organisasi Gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS).

Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin Rohani” dan H.L Senduk ditunjuk menjadi “Pemimpin Organisasi” (Ketua Badan Penghubung). H.L, Senduk adalah Pendeta dari jemaatnya di Jakarta sedangkan Van Gessel memimpin jemaatnya di dua kota yang terpenting di Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya.

Pada tahun 1954, Van Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya (waktu itu dibawah Pemerintahan Belanda). Jemaatnya di Surabaya diserahkannya kepada anak mantunya, Pdt. C. Totays. di Hollandia (sekarang Jayapura). Van Gessel membentuk suatu Organisasi baru yang bernama “Bethel Pinkesterkerk” (sekarang Bethel Pentakosta).

Pada tahun 1957, Van Gessel meninggal dunia, akhirnya pelayanan diteruskan oleh anak mantunya, C. Totays, sebagai pimpinan Jemaat Bethel Pinkesterkerk.

Sesudah Irian Jaya diserahkan kembali kepada Pemerintah Indonesia, maka pada tahun 1962 semua warga negara Kerajaan Belanda harus kembali ke Nederland. Jemaat berbahasa Belanda di Hollandia ditutup, tetapi jemaat-jemaat berbahasa Indonesia berjalan terus di bawah pimpinan Pendeta-pendeta Indonesia.

Roda sejarah berputar terus, dan GBIS dibawah pimpinan H.L. Senduk berkembang dengan pesat. Tetapi GBIS ini merupakan suatu proses untuk melahirkan suatu Gereja yang lebih dinamis. Bermacam-macam kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi H.L. Senduk. Puncak krisisnya adalah pada tahun 1968/1969 dimana oleh suatu keputusan Menteri Agama, mereka menghadapi jalan buntu yang mati total. Gereja menghadapi kehancuran atau....."harus ikut arus" yaitu melawan hati nurani sendiri dan melawan Firman Tuhan.

Dengan pergumulan doa dan puasa, maka Tuhan telah membuka jalan dengan ajaib, sehingga pada 6 Oktober 1970 di kota Sukabumi, Jawa Barat, H.L. Senduk dan rekan-rekannya dapat membentuk suatu Organisasi Gereja baru yang bernama “Gereja Bethel Indonesia” (GBI) yang pada tahun 1972 telah diakui oleh Pemerintah dengan sah sebagai suatu KERKGENOOTSCHAP, yang berhak hidup dan berkembang di bumi Indonesia.

Mulai dengan hanya kurang dari 20 jemaat, tetapi saat ini jumlah jemaat GBI mencapai 4.500-an, yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air dan Luar Negeri, sedangkan jumlah pejabat sebanyak kurang lebih 15.000 orang. Tuhan Yesus Kepala Gereja GBI akan terus memimpin dan mengembangkan Gereja-Nya sesuai dengan rencana-Nya untuk bangsa Indonesia.

sumber: webbsite Sinode GBI

Menjelang Hari Natal

Setiap tahun kita memperingati hari kelahiran Yesus Kristus yang menjadi Penebus kita. Namun, apakah setiap tahun kita juga mempersembahkan hidup kita di hadapan-Nya? Apakah setiap tahun kesungguhan iman kita di dalam Tuhan semakin bertumbuh? Tuhan Yesus telah membiarkan seluruh hidup-Nya kepada kita dan menanti kita menghampiri takhta-Nya yang kudus. Biarlah momen Natal tahun ini, mengingatkan kita untuk semakin teguh di dalam Tuhan. Bahkan, kita semakin bersemangat untuk memberitakan Kabar Baik kepada lebih banyak orang.Di tengah persiapan kita merayakan Natal tahun 2013 ini, pastikan Anda menikmati dan memanfaatkan bahan-bahan Natal yang telah kami tambahkan di situs Natal ini. Selain mendapatkan bahan-bahan yang dapat Anda bagikan untuk jemaat di gereja, Anda juga dapat menuliskan ucapan selamat Natal bagi kawan dan kerabat melalui situs Natal ini.
Akhirnya, Selamat Hari Natal 2013. Selamat berkarya menjadi duta Raja Damai.
Tuhan Yesus memberkati.

Tips Menjadi Worship Leader Yang Baik

Ingin melayani Tuhan sebagai pemimpin pujian (Song Leader) ? Berikut tipsnya....
  1. Sebagai Pemimpin Pujian kita harus “bersih” dengan tugas kita sebagai Pemimpin Pujian. Tujuannya: Membawa jemaat ke dalam hadirat Tuhan dan agar mereka bisa berdiam dan merasakan hadirat Tuhan, mempersiapkan jemaat untuk ditaburi dengan firman Tuhan, menciptakan atmosfir surgawi.
  2. Dalam mempersiapkan lagu pilihan tema untuk setiap minggunya, misalnya tema untuk minggu ini adalah perayaan pujian, jadi lagu-lagunya menjurus tentang perayaan, atau mungkin temanya adalah intimasi. Agar memiliki tema dalam suatu kebaktian, kita harus peka terhadap pimpinan Tuhan dan juga berkomunikasi dengan pemimpin/pendeta kita.
  3. Praktis dan berikan yang terbaik buat Tuhan. Bangun talentamu!
  4. Jangan memaksakan jemaat, pimpinlah dengan iman dalam naungan Roh Kudus. Tahu bagaimana harus berkomunikasi dengan jemaat, pemusik, singers, contohnya: kontak mata, bangun hubungan antara kita dengan team, tanda-tanda lewat tangan.
  5. Jadilah dirimu sendiri karena kita mempunyai panggilan dan keunikan masing-masing. Jangan mencoba untuk menjadi orang lain. Kita harus menjadi kokoh dan tahu bahwa Tuhan memanggil kita untuk melakukan apa yang Ia inginkan. Kita mempunyai peranan penting. Jadi bekerjalah dari dalam karena apa yang ada di dalammu itulah yang akan mengatur apa yang akan kau lakukan.
  6. Berkomunikasilah dengan pendeta. Kadangkala ada waktu-waktu tertentu dimana pemimpin pujian dan pendetanya harus duduk dan merencanakan untuk perkembangan dan rencana untuk Team Pujian dan Penyembahan dan dibawah kontrol (visi) pendeta. Milikilah hubungan yang kuat dengan gembala dan bekerjalah dengannya dan bergerak bersama dengan visi gembala. Ibr 13:17, bekerja di bawah otoritas gembala, dan melayani dalam visi di rumah Tuhan. Mempunyai komitmen dengan gembala demi kesuksesan di dalam segala hal. Setan suka sekali mencoba untuk menghancurkan hubungan antara WL (Worship Leader) dan pendeta supaya gereja itu tidak bisa berkembang, sebelumnya kita harus memecahkan tembok itu dan bersama dengan pastor kita maju (1 Pet. 4:10). Kita berlari arena yang sama, kita harus lari bersama. Mazmur 81;15. penundukan diri datang dari hati kita.
  7. Setialah kepada team, tingkatkan komitmen di dalam team. Bangun hubungan yang baik dan kesatuan di dalam satu team.
  8. Disiplinlah, contohnya: tepat waktu, kehadiran….
  9. Rendahkanlah dirimu, jangan pernah mempunyai tujuan untuk mencari promosi, tetapi sebagai WL, kita harus belajar untuk meletakkan diri kita di balik salib-Nya sehingga hanya Dia yang dimuliakan. Tudung pelayan adalah kunci keberhasilan sukses kita. Di manapun letak posisi kita, apapun yang kita lakukan kita harus memiliki sikap seorang hamba yang tujuannya hanyalah untuk menyenangkan Tuannya.(Filp. 2:3-11). Layani dengan iman yang penuh (Ayb. 23:11-14). Layani dengan sikap hati yang benar (I Pet 4:10-11)
  10. Bangkitlah para pemimpin baru. Jangan takut dengan pemimpin baru, kita harus menjadi orang besar yang tahu bagaimana melepaskan segala sesuatu dalam panggilan-Nya. Jangan cemburu dengan keberhasilan orang lain, melainkan kita harus merasa aman dan yakin dengan diri kita, dan senang dengan keberhasilan orang lain.
  11. Mempunyai ketrampilan untuk memimpin dan berlatih serta memberikan yang terbaik untuk Allah. Melayani dengan roh yang luar biasa (roh yang ingin memberikan yang terbaik) bukan roh yang perfeksionis (roh yang ingin membuat segala sesuatu sempurna dan segala sesuatu teratur) tetapi kita perlu mengetahui pada saat kita memberikan yang terbaik dari dalam hati kita, sehingga Tuhan akan membuatnya sempurna di mata Dia dan bukan di mata manusia.
  12. Jangan mencoba untuk menyenangkan diri sendiri karena itu kita berarti kompromi.Tetapi apapun yang kita lakukan kita harus menyenangkan Tuhan. Terkadang kita harus mengambil langkah untuk taat agar Allah mengambil alih, karena seringkali sebagai WL kita mencoba untuk menyenangkan orang-orang lain bukan menyenangkan Tuhan, karena kita takut ditolak oleh orang. Oleh sebab itu kita harus punya fokus untuk menyenangkan Tuhan dan menjadi aman dengan diri kita, sehingga kita tidak takut ditolak orang, tetapi kita bisa berdiri dan berada dalam penguasaan Allah.
  13. Untuk menjadi seorang penyembah yang benar, itu merupakan suatu proses kehidupan kita, sehingga kalau kita mau diproses Tuhan, kita tidak boleh lari karena Dia sedang membentuk kita untuk menjadi bejana-Nya yang indah. Seberapa lama sih prosesnya itu? Hidup adalah sebuah perjalanan dan demikian juga dalam penyembahan. Seberapa lama proses kita itu tergantung dengan diri kita, dan bagaimana kita meresponi proses tersebut. Apakah kita taat atau malahan kita menunda proses-Nya sehingga kita harus tahu bagaimana tinggal di dalam proses dan tinggal di dalam Allah.
  14. Intinya sebagai WL kita harus mengerjakan 4”S” dalam pelayanan, yaitu Skill /trampil (kemampuan secara tehnik, memahami dasar pengetahuan tentang musik.), Maz. 33:3. Sensitivity/kepekaan terhadap Roh Kudus, terhadap orang lain, dan terhadap arus pimpinan Tuhan (Gal 5:16). Submission/kepatuhan, coba lagi dan coba lagi, karena ini adalah bagian terpenting sbg WL. Kita harus tahu bagaimana tunduk kepada otoritas di atas kita. Tunduk kepada Tuhan dan otoritas di atas kita. Sanctification/Kekudusan, adalah proses dijadikan murni (menjadi seorang pribadi yang utuh), sedang dipisahkan (Rom. 5, Filp. 1:6, I Tes. 5:23, Ef. 1:4, Kol. 1:10,23)
  15. Jadilah nyata! Jangan memakai topeng! Sebagai penyembah-penyembah yang benar, kita harus menghidupi kehidupan dan karakter Kristus, jangan hanya bisa menyembah di atas panggung tetapi berbeda dengan kehidupan di bawah, sehingga kita menjadi orang munafik. Karena itu, marilah berada dalam suatu hidup yang nyata!!
Posted By : Castelo Chanel - GBI Salembaran Jaya

Sumber:  http://gema.sabda.org/tips_sebagai_pemimpin_pujian

Selasa, 22 Oktober 2013

KESAKSIAN TSUNAMI 2004

RAHASIA BESAR DI BALIK TSUNAMI ACEH 2004

Salam sejahtera dalam kasih yesus
Rahasia Besar di Balik Tsunami Aceh 2004
Bencana Raya Tsunami Aceh 2004 sudah lama berlalu, tapi tak seorangpun yang akan pernah melupakannya. Prahara itu setara dasyatnya dengan Bom Hiroshima dalam catatan sejarah bumi ini.
Sampai kapanpun orang tidak akan pernah lupa pada Tsunami Aceh, dan seluruh umat manusia, keturunan demi keturunan, akan terus mengenangnya.
Orang akan tetap mengingatnya sebagai bencana alam terbesar sepanjang zaman modern.
Tak seorangpun yang akan lupa betapa stasiun-stasiun TV menayangkan video-video mengerikan: mayat-mayat manusia bergeletakan tak berarti di jalan-jalan, di trotoar, di lapangan, di selokan-selokan, tergantung di tiang listrik, di atas pohon dan tempat-tempat lain.
Para reporter melaporkan langsung dengan berdiri di sekitar tumpukan mayat berserakan, bagai tumpukan ikan di pasar ikan.
Tapi adakah yang tahu rahasia besar di balik peristiwa dasyat itu? Sekaranglah saatnya rahasia itu diungkapkan secara luas, agar menjadi peringatan besar bagi dunia, sama seperti Bahtera Nuh menjadi peringatan akan bengisnya murka Allah atas manusia di jaman itu.
Berikut ini saya salin dari catatan harian saya dari tahun 2005 lalu.
“Tadi pagi saya mendengar cerita yang menggetarkan dari tante saya. Beliau adik perempuan ibu saya, yang baru tiba dari Pekan Baru-Riau beberapa hari lalu ke kota ini, untuk meninjau anaknya yang sekolah disini. Cerita itu terlalu mengguncangkan sampai saya merinding mendengarnya dan memutuskan untuk menulisnya disini. Beliau bercerita tentang sebuah peristiwa yang luput dari pers, yang menjadi awal dari bencana besar Tsunami Aceh 2004 lalu.
Tanggal 24 Desember 2004, sebuah jemaat gereja berjumlah kira-kira 400 jiwa di Meulaboh, Aceh Darussalam, sedang kumpul-kumpul di gedung gereja untuk persiapan Natal, tiba-tiba mereka didatangi segerombol besar massa berwajah beringas.
Mereka adalah warga kota, tetua-tetua kota, aparatur pemerintah serta polisi syariat. Massa ini dengan marah mengultimatum orang-orang kristen itu untuk tidak merayakan Natal.
Tetapi pendeta dan jemaat gereja itu mencoba membela diri, kurang lebih berkata: “Mengapa Pak? Kami kan hanya merayakan hari besar agama kami.
Kami tidak berbuat rusuh atau kejahatan kok. Acara besok untuk memuji dan menyembah Tuhan kok, Pak. Yakinlah, kami tidak akan mengganggu siapapun.”
Tetapi massa itu tidak menggubris dan kurang lebih berkata: “Sekali tidak boleh, ya tidak boleh! Ini negeri Islam! Kalian orang-orang kafir tidak boleh mengotori kota kami ini! Dengar, kalau kami membunuh kalian, tidak satupun yang akan membela kalian, kalian tahu itu!?”
Tetapi orang-orang kristen itu tetap berusaha membujuk-bujuk massa itu. Lalu massa yang ganas itu memutuskan begini: “Kalian tidak boleh merayakan Natal di dalam kota.
Kalau kalian merayakannya disini, kalian akan tahu sendiri akibatnya! Tapi kalau kalian tetap mau merayakan Natal, kalian kami ijinkan merayakannya di hutan di gunung sana!!”
Setelah mengultimatum demikian, massa itupun pergi. Lalu pendeta dan jemaat gereja itu berunding, menimbang-nimbang apakah sebaiknya membatalkan Natal saja, ataukah pergi ke hutan dan bernatal disana. Akhirnya mereka memilih pilihan kedua.
Lalu berangkatlah mereka ke hutan, di daerah pegunungan.
Di suatu tempat, mereka mulia membersihkan rumput dan belukar, mengikatkan terpal-terpal plastik ke pohon-pohon sebagai atap peneduh, lalu mulai menggelar tikar.
Besoknya, 25 Desember 2004, jemaat gereja itu berbondong-bondong ke hutan untuk merayakan Natal. Perayaan Natal yang sungguh memilukan sekali.
Mereka menangis meraung-raung kepada Tuhan, meminta pembelaanNya.
Sebagian besar mereka memutuskan menginap di hutan malam itu. Lalu pagi-pagi buta sekali, ketika hari masih gelap, istri si pendeta terbangun dari tidur.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjh6_Ks7RTlZkpfWMCSm-WqcTs4Nu9Osm8MhbwKBAtP7vuNzBAAYlXwh-NvSTmYlYUWB_Sn12dTO-rdfI951lD_wHSlBAMzDqzzIb1Qe9921331OxxPWr8To6Zm4n9iAE7WHeCSqasHByaj/s320/Living-Water-Posters.jpg
Ia bermimpi aneh, membangunkan suaminya dan yang lain. Dalam mimpinya itu Yesus datang kepadanya, menghiburnya dengan berkata: “Kuatkanlah hatimu, hai anakKu. Jangan engkau menangis lagi. Bukan kalian yang diusir bangsa itu, tetapi Aku! Setiap bangsa yang mengusir Aku dan namaKu dari negeri mereka, tidak akan luput dari murkaKu yang menyala-nyala.
Bangunlah dan pergilah ke kota, bawa semua saudaramu yang tertinggal disana ke tempat ini sekarang juga, karena Aku akan memukul negeri ini dengan tanganKu!”
Lalu mereka membahas sejenak mimpi itu. Sebagian orang menganggap itu mimpi biasa, menenangkan si ibu pendeta dengan berkata kira-kira begini: “sudahlah Ibu, jangan bersedih lagi. Tentulah mimpi itu muncul karena ibu terlalu sedih”.
Tetapi sebagian lagi percaya atau agak percaya bahwa mimpi itu memang betul-betul pesan Tuhan. Akhirnya mereka memutuskan mengerjakan pesan seperti dalam mimpi itu.
Beberapa orang ditugaskan ke kota pagi buta itu juga untuk memanggil keluarga-keluarga jemaat yang tak ikut bernatal ke hutan.
Ketika pagi hari, sekitar pukul 7 s/d 8 pagi mereka semua telah berada kembali di pegunungan, mereka dikejutkan goncangan gempa yang dasyat sekali. Tak lama kemudian, peristiwa Tsunami Besar itupun terjadi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh355PfwAodTa3Ljz1Psp0l2_xZNcjzWIR5GIM_VjkSWxq_iTK6ukgrCuNPdPlAfjPsjuXavVRqmRkue-ofITUOQpG8RQ4INQU6t7b1xMZX5b9E6bY6kZi5UX0cl0eXGCZ-98crkFDa6zGu/s1600/GBYYY.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh06PU5TPHf8ojDhUzCd71pkN-gMgErYkvQO_MgfXP1a6YNuiDSu3RQz2Pb3OK4BtJx33S43ik4VYcHArMhynXJ6lBORt31LFNf1HW_fOsKGOGRCQ3UsHLnszNRgSzmBKrzbrbg9NTWFIi6/s1600/FFFF.jpgBegitulah intisari cerita tante saya itu. Saya termangu-mangu, teringat pada peristiwa kebinasaan kota Sodom dan Gomora dimana Tuhan juga menyuruh semua orang percaya (keluarga Lot) keluar dari kota itu sebelum bencana itu terjadi.
Lalu saya tanya beliau dari mana tahu cerita itu. Tante saya mengatakan bahwa pendeta gereja yang selamat itu telah pergi kemana-mana, mempersaksikan kisah luar biasa itu ke gereja-gereja di seluruh Indonesia, termasuk ke gereja dimana tante saya beribadah, di Pekan Baru.
Saya tidak tahu kebenaran cerita tante saya itu, sebab dialah orang satu-satunya yang pernah bercerita begitu pada saya.
Itulah sebabnya saya tulis dulu di buku harian ini supaya saya tidak lupa dan supaya bila kelak saya telah mendengar cerita yang sama dari orang lain, barulah saya akan percaya dan akan saya ceritakan kepada sebanyak-banyaknya orang”.
Saudara dalam Yesus,
Beberapa waktu lalu, saya teringat pada catatan itu lalu terpikir untuk surfing di internet ini, apakah ada orang lain yang mendengar kesaksian yang sama. jika ada, berarti tante saya itu tidak membual pada saya, dan berarti peristiwa itu benar terjadi.
Lalu apa yang saya temukan? Saya BENAR-BENAR menemukannya setelah dengan susah payah membuka-buka banyak situs. Salah satunya saya temukan di pedalaman salib.net.

Itulah sebabnya catatan harian itu saya publikasikan di blog ini untuk saudara publikasikan lebih luas lagi ke seluruh dunia. Biarlah seluruh dunia tahu bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah satu-satunya Tuhan dan Ia sungguh-sungguh HIDUP!
Haleluyah!!
Saya mengundang saudara untuk meninggalkan komentar, dan jika anda pernah mendengar kesaksian yang sama, mari saling menguatkan kesaksian ini.